Rabu, 02 Januari 2013

“Cinta dan Persahabatan”




 “Bila seorang perempuan telah sudi mengulurkan tangan persahabatan, alamat umurmu telah lepas dari zaman bercinta”.

Aku hanya senyum-senyum membaca nya karena aku tahu kalau Buya Hamka, selain seorang Ulama Islam Yang Terkenal dengan pendirian yang teguh dan sederhana juga seorang penulis cerita tentang kehidupan didalam masyarakat Indonesia saat itu, aku jadi ingat dengan Almarhumah Nenekku, yang selalu rajin membeli buku-buku Buya HAMKA, aku pun selalu ikut membaca apa yang di bacanya, sampai sekarang ini walaupun buku yang aku baca kertasnya sudah mulai berwarna kuning, tapi tetap saja kusimpan, bila lagi sendiri aku suka mengulang-ulang bacanya.
Saat ini mungkin perasaan ku lagi berbunga-bunga karena aku punya sahabat yang baik dan juga punya orang yang sangat ku cintai, jadi aku ingin membantah apa yang di tulis oleh Buya HAMKA tentang tidak mungkin nya persahabatan antara seorang wanita dan seorang laki-laki.
“Annisa, itu ada temanmu yang datang , sudah ibu persilahkan masuk di ruang tamu” ibu tempat aku tinggal dikota ini berkata dengan senyum ramahnya.
“Terima kasih ibu “ ibu Ibrahim ini sudah kuanggap sebagai ibu ku juga karena sudah 3 tahun aku tinggal dirumah nya dan beliaupun sudah menganggapku sebagai anak nya sendiri.
Akupun bergegas keruang tamu kulihat temanku Dhani orang yang selalu membuat aku berbunga-bunga ini telah hadir didepan ku dengan senyum manis nya,
“Apakabar Annisa, semoga baik-baik ya” dia menyapa ku dengan kebiasaannya selalu menanyakan bagaimana keadaanku hari ini, walaupun rasanya dia baru datang dua hari yang lalu , tentu perubahan ku tidak ada.
“Baik-baik saja, kamu bagaimana” .
“ya sama lah, seperti mu baik, cuma akhir-akhir ini aku agak sibuk , sehingga aku tidak sempat menelpon mu” katanya sambil tersenyum,
“Tidak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja” Nah begitulah kebiasaan kami berdua bila bertemu dengan basa-basi yang sederhana, tapi membuat binar-binar kerinduan dan kebahagiaan tersimpan didalam hati yang terdalam, diam diam aku selalu menunggu sampai kapan ya dia mengatakan cinta padaku, karena aku tidak akan mau memulai bertanya biarlah yang penting aku masih bisa bertemu dan menatap wajah nya, walau hanya beberapa jam saja sudah cukup, ternyata cinta membuat rasa pahit pun menjadi manis, mungkin aku tidak bisa menutup rasa sukaku padanya, apakah dia tahu, terserahlah yang penting aku, tidak menunjukkan sikap sukaku dengan terang-terangan karena kalaupun dia tidak datang ketempatku , aku tentu tidak mungkin mencarinya karena aku masih punya prinsip seorang wanita tidak pantas untuk mengunjungi rumah laki – laki walaupun itu temanku sekalipun , bila tidak ada urusan yang benar-benar sangat penting.
Padahal di hatiku ingin sekali agar dia mengucapkan kalimat “Aku Cinta padamu….., apakah kamu cinta padaku..? kalau diriku tidak mungkin akan pernah mengatakan kalimat seperti itu kepada seorang laki-laki, selain menunggu, itu lah prinsipku, mungkin aku terlalu berkhayal berlebihan atau mungkin terlalu suka membaca tentang cerita cinta yang penuh dengan pengorbanan dan kesetiaan.
Sudah seminggu ini kota tempatku bekerja di guyur hujan terus menerus, sehingga rasa nya untuk keluar rumah juga menjadi malas, tapi hari aku harus pulang kekampung , karena ibu sakit jadi aku harus pulang.
Tiba – tiba hp ku berbunyi .“Assalammualaikum, Annisa, apakah kamu jadi pulang ”, Ku dengar suara Iksan sahabat baik ku yang satu kantor dengan ku menyapa dengan penuh kekhawatiran.
“Ya, ini aku lagi siap-siap, untuk berangkat” .
“Kamu tunggu ya, dirumah nanti aku jemput , biar aku yang mengantar ke stasiun bus, karena hujan terlalu deras, nanti kamu malah sakit” lagi-lagi ucapan yang selalu mengkhawatirkan keadaan ku, seperti itulah sahabatku yang satu ini terlalu baik dan perhatian padaku.
“Ya, terima kasih ya, apakah tidak menganggu pekerjaan …?…” karena aku tahu saat ini belum waktu istirahat, sedangkan aku memang sudah ambil cuti untuk waktu satu minggu jadi sudah tidak masuk lagi mulai hari ini.
“Tidak, kebetulan akupun ada urusan diluar kantor” .
Hanya dalam waktu lima belas menit dia sudah hadir di depan, ku, memang jarak kantor dari rumah ku sangat dekat, aku memang mencari tempat tinggal yang dekat dengan kantor.
Akupun, pamitan pada Ibu Ibrahim untuk pulang, dan sahabat ku Iksan sudah siap dengan payung nya agar aku tidak kebasahan., Terima kasih ya Allah engkau telah memberikan aku sahabat yang terbaik, kulihat ibu Ibrahim tersenyum sambil memandangi ku.
Tanpa terasa waktu terus bergulir, aku mempunyai dua orang yang selalu dekat dihati, satu sahabatku yang satu kantor, dan satu nya lagi temanku yang selalu berbagi cerita segala hal yang diam-diam aku cintai.
Sehingga pada suatu hari aku dikejutkan oleh pertanyaan sahabat ku Iksan, “Annisa, apakah kamu masih bertemu sama teman mu yang bernama Dhani itu” , aku hanya mengangguk,
“ Kamu suka, ya dengan dia..?” Iksan bertanya seperti polisi seolah-olah minta keterangan yang pasti, aku hanya mengangguk karena aku tidak mungkin berbohong sama sahabat ku yang satu ini, karena aku begitu sangat menghargai nya, dialah laki-laki yang pertama yang aku kenal yang sangat menghargai seorang wanita seperti aku, yang jauh dari orang tua, selalu menjaga agar aku , selalu baik – baik saja seolah-olah takut kalau ada luka yang menggores tubuhku.
Pernah pada suatu hari aku kebetulan pulang terlambat dari kampungku karena bus yang kutumpangi mengalami kerusakan di perjalanan akhirnya aku kembali kekota tempat ku bekerja waktu tengah malam tepat nya jam 12 malam, saat itu Iksan lah yang menjemputku dengan mengenderai sepeda motor tentu seharusnya aku berboncengan dengannya, tapi apa yang dia lakukan dia hanya menyuruh ku naik becak mesin , dan dia mengikuti dibelakang untuk mengawalku ku, betapa bahagianya aku mulai saat itu , akupun mulai menganggap dia sebagai sahabat ku juga sekalian saudaraku, yang terbaik, karena dia tidak ingin ada orang yang menganggap aku wanita yang tidak baik, malam-malam berboncengan bukan dengan muhrim nya, nah disitulah kehebatan Iksan ini, walaupun dia biasa-biasa dalam mengamalkan agamanya tapi tetap menjaga mana yang boleh dan mana yang tidak, jadi aku selalu merasa aman bila didekat nya.
Tapi hari ini, dia seperti jadi polisi , dengan pertanyaan-pertanyaan , membuat aku jadi bingung juga sedih.
“Annisa, kamu mau tidak membaca surat dari temanku ini” kulihat dia mengeluarkan secarik kertas berwarna merah jambu, kuambil surat yang diserahkan padaku, dan akupun membacanya dengan perlahan-lahan, akhirnya surat itupun kukembalikan padanya.
“Bagaimana Annisa, menurut mu, apakah aku terima atau tidak “ dia menanti jawabanku, aku terdiam untuk sementara , karena isi surat, yang kubaca adalah surat cinta dari teman kecilnya yang mengatakan rasa cinta kepada nya dan ingin menikah kepadanya, karena dia tidak bisa mencintai orang lain kecuali dengan sahabat ku Ikhsan ini’
“Apakah , kamu mencintanya….?” Akupun bertanya
“Tidak, tapi aku sayang padanya selain dia sahabat kecilku, ibunya juga sudah meninggal jadi dia dekat dengan ibuku, mereka menunggu keputusan dariku, apakah aku mau menikah dengannya” kulihat wajah nya ada guratan kesedihan, aku hanya diam, juga bingung lantas kalau dia menikah apakah aku bisa bersahabat lagi seperti ini, apakah dia juga akan memperhatikan aku , tentu aku sangat kehilangan dia.
“Annisa , aku menunggu jawaban mu, kalau kamu katakan boleh, aku akan menikah , dan kalau kamu mengatakan tidak, aku juga tidak akan menikah, karena aku sebenarnya mencintai mu sejak pertemuan kita yang pertama, aku ada melihat sesuatu yang tidak aku dapatkan dari wanita lain selain dirimu” dia berkata dengan jujurnya tanpa berbasa-basi lagi, aku rasanya kepingin nangis juga bahagia juga sedih, bagaimanapun juga selama ini tanpa aku sadari telah mempermainkan perasaan sahabat ku yang terbaik ini dengan selalu menceritakan tentang Dhani padanya, yang belum , tentu aku tahu apakah dia juga mencintaiku ,seperti Iksan mencintai ku dengan segala kekurangan dan kelebihan ku.
Aku jadi ingat dengan kata-kata Ibu Ibrahim, “Annisa , ibu rasa kamu lebih cocok dengan Iksan daripada Dhani, apakah kamu tidak memperhatikan ketika hujan dia sudah siap dengan payung nya , agar kamu tidak basah”, saat itu aku hanya senyum, itu tidak mungkin ibu, Iksan itu sangat baik, tentu banyak yang suka dengan nya, karena sahabat ku Iksan ini hampir memiliki segalanya untuk ukuran seorang laki-laki selain baik , juga pintar dan juga gagah, tapi kenapa hati ku tidak pernah merasa ada getaran-getaran cinta, tapi aku merasakan sangat damai dan aman bila berada didekatnya. tidak sebagaimana bila pertemuan ku dengan Dhani, ada suatu getaran-getaran yang sulit di mengerti membuat hati selalu berbunga indah tapi juga membuat hati gelisah.
Saat ini aku harus memberikan suatu keputusan yang terbaik untuk sahabatku Iksan dan juga untukku, dan kalimat yang aku tunggu selama ini… “Aku mencintai mu…, apakah kamu mencintai ku…?” ternyata hanya sahabat baikku Ikhsan yang mengucapkan kata-kata itu bukan orang yang selama ini aku tunggu. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan.
Ya Allah hanya kepada Mu jua , aku pasrahkan hidup dan matiku, juga jodoh dan tumpuan hati ku kelak untuk membina rumah tangga yang sakinah dan mawaddah, , saat ini aku harus menunda dulu jawaban untuk sahabatku Iksan , biarlah untuk sementara ini menjadi bahan renungan pada diriku apakah aku benar-benar tidak mencintai nya atau sebenarnya memang dia yang aku cintai, kuharap dia bersabar menanti jawaban dari ku.
Ya Allah kenapa cinta dihati ini malah berlabuh kepada sahabatku Dhani orang yang selalu membuat hati merasa gelisah dalam penantian panjang yang tiada berujung, Ya Allah berikanlah aku petunjuk Mu, agar aku tidak salah dalam memilih pasangan yang baik dalam kehidupan kelak.
Benarlah kata bijaksana dari seorang ulama besar Indonesia, Prof. Dr. Hamka “ Bila Wanita sudah mengulurkan persahabatan , maka habislah masa bercinta di dunia ini “. Ternyata memang benar tidak ada persahabatan sejati antara seorang wanita dan laki-laki yang ada hanya rasa ingin diperhatikan serta ingin berbagi tali kasih dan cinta kasih. Semoga kita dapat menjaga persahabatan dan batas kebolehan bersahabat antara perempuan dan laki-laki sehingga tidak merugikan diri kita sendiri , Aamiin.

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/07/15/cinta-dan-persahabatan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar