““Bila seorang perempuan telah sudi
mengulurkan tangan persahabatan, alamat umurmu telah lepas dari zaman
bercinta”.
Aku hanya senyum-senyum membaca nya karena aku tahu
kalau Buya Hamka, selain seorang Ulama Islam Yang Terkenal dengan pendirian
yang teguh dan sederhana juga seorang penulis cerita tentang kehidupan didalam
masyarakat Indonesia saat itu, aku jadi ingat dengan Almarhumah Nenekku, yang
selalu rajin membeli buku-buku Buya HAMKA, aku pun selalu ikut membaca apa yang
di bacanya, sampai sekarang ini walaupun buku yang aku baca kertasnya sudah
mulai berwarna kuning, tapi tetap saja kusimpan, bila lagi sendiri aku suka
mengulang-ulang bacanya.
Saat ini mungkin perasaan ku lagi berbunga-bunga
karena aku punya sahabat yang baik dan juga punya orang yang sangat ku cintai,
jadi aku ingin membantah apa yang di tulis oleh Buya HAMKA tentang tidak
mungkin nya persahabatan antara seorang wanita dan seorang laki-laki.
“Annisa, itu ada temanmu yang datang , sudah ibu
persilahkan masuk di ruang tamu” ibu tempat aku tinggal dikota ini berkata
dengan senyum ramahnya.
“Terima kasih ibu “ ibu Ibrahim ini sudah kuanggap
sebagai ibu ku juga karena sudah 3 tahun aku tinggal dirumah nya dan beliaupun
sudah menganggapku sebagai anak nya sendiri.
Akupun bergegas keruang tamu kulihat temanku Dhani
orang yang selalu membuat aku berbunga-bunga ini telah hadir didepan ku dengan
senyum manis nya,
“Apakabar Annisa, semoga baik-baik ya” dia menyapa ku
dengan kebiasaannya selalu menanyakan bagaimana keadaanku hari ini, walaupun
rasanya dia baru datang dua hari yang lalu , tentu perubahan ku tidak ada.
“Baik-baik saja, kamu bagaimana” .
“ya sama lah, seperti mu baik, cuma akhir-akhir ini
aku agak sibuk , sehingga aku tidak sempat menelpon mu” katanya sambil
tersenyum,
“Tidak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja” Nah
begitulah kebiasaan kami berdua bila bertemu dengan basa-basi yang sederhana,
tapi membuat binar-binar kerinduan dan kebahagiaan tersimpan didalam hati yang
terdalam, diam diam aku selalu menunggu sampai kapan ya dia mengatakan cinta
padaku, karena aku tidak akan mau memulai bertanya biarlah yang penting aku
masih bisa bertemu dan menatap wajah nya, walau hanya beberapa jam saja sudah
cukup, ternyata cinta membuat rasa pahit pun menjadi manis, mungkin aku tidak
bisa menutup rasa sukaku padanya, apakah dia tahu, terserahlah yang penting
aku, tidak menunjukkan sikap sukaku dengan terang-terangan karena kalaupun dia
tidak datang ketempatku , aku tentu tidak mungkin mencarinya karena aku masih
punya prinsip seorang wanita tidak pantas untuk mengunjungi rumah laki – laki
walaupun itu temanku sekalipun , bila tidak ada urusan yang benar-benar sangat
penting.
Padahal di hatiku ingin sekali agar dia mengucapkan
kalimat “Aku Cinta padamu….., apakah kamu cinta padaku..? kalau diriku tidak
mungkin akan pernah mengatakan kalimat seperti itu kepada seorang laki-laki,
selain menunggu, itu lah prinsipku, mungkin aku terlalu berkhayal berlebihan
atau mungkin terlalu suka membaca tentang cerita cinta yang penuh dengan
pengorbanan dan kesetiaan.
Sudah seminggu ini kota tempatku bekerja di guyur
hujan terus menerus, sehingga rasa nya untuk keluar rumah juga menjadi malas,
tapi hari aku harus pulang kekampung , karena ibu sakit jadi aku harus pulang.
Tiba – tiba hp ku berbunyi .“Assalammualaikum, Annisa,
apakah kamu jadi pulang ”, Ku dengar suara Iksan sahabat baik ku yang satu
kantor dengan ku menyapa dengan penuh kekhawatiran.
“Ya, ini aku lagi siap-siap, untuk berangkat” .
“Kamu tunggu ya, dirumah nanti aku jemput , biar aku
yang mengantar ke stasiun bus, karena hujan terlalu deras, nanti kamu malah
sakit” lagi-lagi ucapan yang selalu mengkhawatirkan keadaan ku, seperti itulah
sahabatku yang satu ini terlalu baik dan perhatian padaku.
“Ya, terima kasih ya, apakah tidak menganggu pekerjaan
…?…” karena aku tahu saat ini belum waktu istirahat, sedangkan aku memang sudah
ambil cuti untuk waktu satu minggu jadi sudah tidak masuk lagi mulai hari ini.
“Tidak, kebetulan akupun ada urusan diluar kantor” .
Hanya dalam waktu lima belas menit dia sudah hadir di
depan, ku, memang jarak kantor dari rumah ku sangat dekat, aku memang mencari
tempat tinggal yang dekat dengan kantor.
Akupun, pamitan pada Ibu Ibrahim untuk pulang, dan
sahabat ku Iksan sudah siap dengan payung nya agar aku tidak kebasahan., Terima
kasih ya Allah engkau telah memberikan aku sahabat yang terbaik, kulihat ibu
Ibrahim tersenyum sambil memandangi ku.
Tanpa terasa waktu terus bergulir, aku mempunyai dua
orang yang selalu dekat dihati, satu sahabatku yang satu kantor, dan satu nya
lagi temanku yang selalu berbagi cerita segala hal yang diam-diam aku cintai.
Sehingga pada suatu hari aku dikejutkan oleh
pertanyaan sahabat ku Iksan, “Annisa, apakah kamu masih bertemu sama teman mu
yang bernama Dhani itu” , aku hanya mengangguk,
“ Kamu suka, ya dengan dia..?” Iksan bertanya seperti
polisi seolah-olah minta keterangan yang pasti, aku hanya mengangguk karena aku
tidak mungkin berbohong sama sahabat ku yang satu ini, karena aku begitu sangat
menghargai nya, dialah laki-laki yang pertama yang aku kenal yang sangat
menghargai seorang wanita seperti aku, yang jauh dari orang tua, selalu menjaga
agar aku , selalu baik – baik saja seolah-olah takut kalau ada luka yang
menggores tubuhku.
Pernah pada suatu hari aku kebetulan pulang terlambat
dari kampungku karena bus yang kutumpangi mengalami kerusakan di perjalanan
akhirnya aku kembali kekota tempat ku bekerja waktu tengah malam tepat nya jam
12 malam, saat itu Iksan lah yang menjemputku dengan mengenderai sepeda motor
tentu seharusnya aku berboncengan dengannya, tapi apa yang dia lakukan dia
hanya menyuruh ku naik becak mesin , dan dia mengikuti dibelakang untuk
mengawalku ku, betapa bahagianya aku mulai saat itu , akupun mulai menganggap
dia sebagai sahabat ku juga sekalian saudaraku, yang terbaik, karena dia tidak
ingin ada orang yang menganggap aku wanita yang tidak baik, malam-malam
berboncengan bukan dengan muhrim nya, nah disitulah kehebatan Iksan ini,
walaupun dia biasa-biasa dalam mengamalkan agamanya tapi tetap menjaga mana
yang boleh dan mana yang tidak, jadi aku selalu merasa aman bila didekat nya.
Tapi hari ini, dia seperti jadi polisi , dengan
pertanyaan-pertanyaan , membuat aku jadi bingung juga sedih.
“Annisa, kamu mau tidak membaca surat dari temanku
ini” kulihat dia mengeluarkan secarik kertas berwarna merah jambu, kuambil
surat yang diserahkan padaku, dan akupun membacanya dengan perlahan-lahan,
akhirnya surat itupun kukembalikan padanya.
“Bagaimana Annisa, menurut mu, apakah aku terima atau
tidak “ dia menanti jawabanku, aku terdiam untuk sementara , karena isi surat,
yang kubaca adalah surat cinta dari teman kecilnya yang mengatakan rasa cinta
kepada nya dan ingin menikah kepadanya, karena dia tidak bisa mencintai orang
lain kecuali dengan sahabat ku Ikhsan ini’
“Apakah , kamu mencintanya….?” Akupun bertanya
“Tidak, tapi aku sayang padanya selain dia sahabat
kecilku, ibunya juga sudah meninggal jadi dia dekat dengan ibuku, mereka
menunggu keputusan dariku, apakah aku mau menikah dengannya” kulihat wajah nya
ada guratan kesedihan, aku hanya diam, juga bingung lantas kalau dia menikah
apakah aku bisa bersahabat lagi seperti ini, apakah dia juga akan memperhatikan
aku , tentu aku sangat kehilangan dia.
“Annisa , aku menunggu jawaban mu, kalau kamu katakan
boleh, aku akan menikah , dan kalau kamu mengatakan tidak, aku juga tidak akan
menikah, karena aku sebenarnya mencintai mu sejak pertemuan kita yang pertama,
aku ada melihat sesuatu yang tidak aku dapatkan dari wanita lain selain dirimu”
dia berkata dengan jujurnya tanpa berbasa-basi lagi, aku rasanya kepingin
nangis juga bahagia juga sedih, bagaimanapun juga selama ini tanpa aku sadari
telah mempermainkan perasaan sahabat ku yang terbaik ini dengan selalu
menceritakan tentang Dhani padanya, yang belum , tentu aku tahu apakah dia juga
mencintaiku ,seperti Iksan mencintai ku dengan segala kekurangan dan kelebihan
ku.
Aku jadi ingat dengan kata-kata Ibu Ibrahim, “Annisa ,
ibu rasa kamu lebih cocok dengan Iksan daripada Dhani, apakah kamu tidak
memperhatikan ketika hujan dia sudah siap dengan payung nya , agar kamu tidak
basah”, saat itu aku hanya senyum, itu tidak mungkin ibu, Iksan itu sangat
baik, tentu banyak yang suka dengan nya, karena sahabat ku Iksan ini hampir
memiliki segalanya untuk ukuran seorang laki-laki selain baik , juga pintar dan
juga gagah, tapi kenapa hati ku tidak pernah merasa ada getaran-getaran cinta,
tapi aku merasakan sangat damai dan aman bila berada didekatnya. tidak
sebagaimana bila pertemuan ku dengan Dhani, ada suatu getaran-getaran yang
sulit di mengerti membuat hati selalu berbunga indah tapi juga membuat hati
gelisah.
Saat ini aku harus memberikan suatu keputusan yang
terbaik untuk sahabatku Iksan dan juga untukku, dan kalimat yang aku tunggu
selama ini… “Aku mencintai mu…, apakah kamu mencintai ku…?” ternyata hanya
sahabat baikku Ikhsan yang mengucapkan kata-kata itu bukan orang yang selama
ini aku tunggu. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan.
Ya Allah hanya kepada Mu jua , aku pasrahkan hidup dan
matiku, juga jodoh dan tumpuan hati ku kelak untuk membina rumah tangga yang
sakinah dan mawaddah, , saat ini aku harus menunda dulu jawaban untuk sahabatku
Iksan , biarlah untuk sementara ini menjadi bahan renungan pada diriku apakah
aku benar-benar tidak mencintai nya atau sebenarnya memang dia yang aku cintai,
kuharap dia bersabar menanti jawaban dari ku.
Ya Allah kenapa cinta dihati ini malah berlabuh kepada
sahabatku Dhani orang yang selalu membuat hati merasa gelisah dalam penantian
panjang yang tiada berujung, Ya Allah berikanlah aku petunjuk Mu, agar aku
tidak salah dalam memilih pasangan yang baik dalam kehidupan kelak.
Benarlah kata bijaksana dari seorang ulama besar
Indonesia, Prof. Dr. Hamka “ Bila Wanita sudah mengulurkan persahabatan ,
maka habislah masa bercinta di dunia ini “. Ternyata memang benar tidak
ada persahabatan sejati antara seorang wanita dan laki-laki yang ada hanya rasa
ingin diperhatikan serta ingin berbagi tali kasih dan cinta kasih. Semoga kita
dapat menjaga persahabatan dan batas kebolehan bersahabat antara perempuan dan
laki-laki sehingga tidak merugikan diri kita sendiri , Aamiin.
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/07/15/cinta-dan-persahabatan/