Rabu, 04 Januari 2012

Komunikasi dalam Organisasi

KOMUNIKASI
Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut. “Organizational communication is the process of creating and exchanging messages within a network ofinterdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata-kata lain komunikasi organisasi adala proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
komunikasi mengandung 5 unsur, yaitu :
  1. Komuniakator (communicator), yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
  2. Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
  3. Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
  4. Komunikan (communicate), yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita.
  5. Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi.
Kelima unsure komunikasi tersebut (Komuniakator, Menyampaikan berita, Berita-berita yang disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi) merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsure tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. Jadi dengan demikian keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsure tersebut.

Bagaimana menyalurkan ide melalui komunikasi
a. Ide (Gagasan) ; si sender.
b. Perumusan. disini ide si sender disampaikan dalam kata kata.
c. penyaluran (transmiting). bisa lisan, tertulis, menggunakan simbol atau isyarat.

feedbacknya:
a. tindakan; misalnya perintah dilaksanakan.
b. pengertian; disini kata kata si sender menjadi ide si receiver.
c. penerimaan; oleh si penerima berita.


Hambatan - hambatan komunikasi
1. Hambatan yang bersifat teknis
2. Hambatan semantik
3. Hambatan perilaku

Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunikasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal

2. Dari segi arahnya
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah

3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu LawanSatu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok

4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal

Komunikasi Informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesama karyawan dalam suatu organisasi.
Komunikasi informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus atau kabar angin dari mulut kemulut dari satu orang ke orang yang lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bisa dijamin karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan.
Jadi agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seseorang pemimpin harus bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal perusahaan (komunikasi formal ini jangan sampai mengakibatkan timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan).

Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern didalam organisasi.Semua masalah yang timbul dalam organisasi akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arusinformasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan. Pimpinan organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat . Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi.

Proses Organisasi

Proses dalam kamus bahasa Indonesia berarti rangkaian suatu tindakan. Sedangkan proses dalam buku organisasi karamgan Gibso Invancevich Donnelly adalah berkenaan dengan aktifitas yang memberi kehidupan pada skema organisasi tersebut. Proses organisasi merupakan jiwa bagi struktur organisasi. Jika proses tersebut tidak berjalan dan berfungsi dengan baik,maka masalah tidak pernah yang tidak perah diharapkan akan timbul dalam sebuah organisasi.

Adapun model organisasi yang akan kita bahas disini ada empat proses prilaku yang nanti akan menyumbangkan prestasi pada organisasi yang effektif. Empat proses tersebut yaitu komunikasi, pengambilan keputusasn, evaluasi prestasi, sosialisasi dan karir.

Proses Mempengaruhi 
Pengaruh adalah kegiatan atau keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok.

Elemen-elemen proses mempengaruhi :
a.orang yang mempengaruhi (0)
b.metode mempengaruhi (→)
c.orang yang dipengaruhi (p)

Jadi proses mempengaruhi : 0 →p

Metode mempengaruhi
a.Kekuatan fisik
b.Penggunaan sanksi (positif/negatif)
c.Keahlian
d.Kharisma (daya tarik)

Daerah pengaruh mencakup hubungan-hubungan
a. Antara perseorangan
b. Kelompok dengan seseorang
c. Seseorang dengan kelompok

Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi kegiatan kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang dan wewenang itu dapat dilimpahkan.

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menghimpun data melalui pencatatan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian
b. Melalui analisis data
c. Menetapkan keputusan yang akan ditempuh
d. Mengoprasionalakan keputusan menjadi kegiatan
e. Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksana keputusan akan diperoleh data oprasional yang baru

Sementara itu tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Tetapkan masalah
b. Idntifikasi criteria keputusan
c. Alokasikan bobot pada criteria
d. Kembangkan alternaif
e. Evaluasi alternative
f. Pilih alternative terbaik

Proses mempengaruhi pengambilan keputusan. Dan komunikasi adalah proses-proses manejerial karena secara nyata dilaksanakan oleh para manajer. Proses-proses ini juga merupakan proses-proses organisasional karena lebih penting daripada manajer individual dalam pengaruhnya pada pencapaian tujuan–tujuan organisasi. Ketiga proses organisasi dan manejemen ini merupakan bagian vital sistem organisasi formal dan mempunyai implikasi-implikasi sangat penting terhadap perilaku organisasiona

KUPINANG ENGKAU DALAM MIMPI


KUPINANG ENGKAU DALAM MIMPI





“David, kita harus mensikapi persoalan ini secara dewasa dong, kita jangan mengedepankan emosi, berusahalah berfikir positif dan lapang dada!” kata sepupuku Mujahid Helmi, berupaya menjernihkan suasana. Kata-katanya kuanggap angin lalu, aku diam seribu bahasa, kututup rapat mulutku, sambil menggigit bibir bagian bawah. Kedua tanganku meraba kening, aku menundukan kepala. Dengan tatapan kosong memandang kedua ujung jemari kakiku. Pikiranku terbang entah kemana. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Kemudian, tidak berapa lama sepupuku kembali menasehatiku :

“David, yakinlah, mungkin ini yang terbaik bagi kita. Oke lah kita punya rencana, tapi  Allah juga punya rencana  untuk kita!”

“Udahlah mi, aku kagak butuh khutbahmu!”  balasku dengan emosi. Detak jantungku semakin kencang. Terasa tanganku bergetar, aku marah kepadanya sebab aku kesal, akibat dari kelalaiannya, tiket pesawatku hilang, sehingga nasib acara khitbahku menjadi tidak jelas. Hatiku juga mengutuk orang Mesir yang mencuri tiket pesawatku saat sepupuku mengambil wudlu didalam mesjid.

Aku lihat sepupuku menjadi diam, aku dan dia terhanyut pada arus pikiran masing-masing.

“Kriiiiingg … !” tiba-tiba suara telepon memecahkan suasana. Aku tidak beranjak untuk mengangkatnya, beberapa kali telepon itu berbunyi, akhirnya sepupuku melangkahkan kaki menuju tempat telepon.

“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, betul, ya, ada!” terdengar ditelingaku dia menjawab lawan bicaranya. Setelah itu Mujahid menoleh kepadaku sambil berseru:

“David, nih ada telepon untukmu!”

“Bilang saya tidak ada, saya tidak mau diganggu!”  jawabku dengan cuek dan ketus.

“Tapi ini penting lho, dari orang tuamu di Indonesia!”

Mendengar orang tuaku ia sebut-sebut, aku langsung bangkit. Kuterima gagang telepon yang di sodorkannya kepadaku, lalu aku berkata:

“Assalamu’alaikum, ini bapak ya, bagaimana khabar keluarga di Bandung?”

Ada sedikit lega dihatiku saat orang tuaku mengatakan bahwa mereka sehat wal afiah. Setelah itu diujung telepon sana orang tuaku menjelaskan kepadaku:

“David, Alhamdulillah, persiapan untuk acara khitbahmu sudah beres. Insya Allah waktunya lima hari lagi dan tempatnya di Hotel Savoi Homann!”

Aku seperti di sambar petir disiang bolong. Apa tidak salah orang tuaku melakukan hal itu. Hatiku kecilku menolak. Ajaran Islam tidak mengharuskan seperti itu, kecuali walimatul Ursy atau pernikahan. Ini sebuah pemubadziran dan terkesan mencari prestise. Aku tercenung, lidahku terasa kelu untuk mengatakan ketidak setujuan terhadap orang tua. Satu sisi aku harus mencegah acara seperti itu, disisi lain aku tidak ingin orang tuaku tersinggung dan kecewa. Aku terjebak dalam jurang simalakama. Terlintas dalam benakku tiket pesawatku yang hilang. Dengan hati-hati aku berkata :

“Bapak, sebelumnya David mohon maaf, kalau bisa Bapak membatalkan acara khitbah yang dihotel itu, dikarenakan tiket pesawatku untuk keberangkatan dua hari yang akan datang hilang, dan aku mendapatkan tiket pengganti dengan tanggal keberangkatannya bertepatan dengan hari berlangsungnya acara khitbah itu!”

Aku dapat menangkap kekecewaan bapakku, lewat desahan nafasnya ditelepon. Beberapa menit kemudian aku berusaha meyakinkan agar usulan pembatalan acara itu beliau terima. Akhirnya orang tuaku mengabulkannya juga. Kuletakkan gagang telepon, dan akupun duduk kembali.



* * *

Selesai mandi dan sarapan pagi aku membaca buku muqarrar sambil menikmati kaset nasyid oleh-oleh mahasiswa baru yang dari Indonesia. Lagu “Mata Hati” yang disenandungkan oleh group Hijjaz sedikit menyejukkan jiwaku. Angin musim dingin yang menyelinap lewat jendela kamarku, membuatku menggigil. Lembar demi lembar muqarrar ini aku tarhiz. Tiba-tiba teman-teman kamar sebelahku berdatangan mereka bercanda kepadaku padahal saat ini aku butuh akan ketenangan.

“Wah, lagi ngapain nih? Baca atau ngelamun? ‘Ntar juga ngalaman?” sapa temanku, Edi Mulyadi orang asli sunda. Aku pura-pura tidak mendengarnya. Selanjutnya Abdul menambah,

“David, gimana proyek khitbahmu, jadi ngga?”

“Iyya, kalau dibiarkan lama-lama nanti ada yang nyerobot lho!” Seloroh temanku Okki yang asli Jakarta ikut nimbrung. Lagi-lagi aku tidak bergeming, aku terus membaca. Lama-kelamaan aku menjadi pusing juga dengan gurauan mereka. Aku takut diriku menjadi emosi seperti kepada sepupuku kemarin. Aku harus cepat menghindar dari mereka, aku harus keluar rumah. Hanya saja aku bingung tujuannya kemana. Dalam kebingungan itu, aku ingat rencana Ridwan bahwa hari ini ada acara rekreasi ke Qanathir.

Tanpa ba-bi-bu lagi, aku keluar kamar untuk menuju rumah Ridwan, dan kulihat teman-temanku heran atas kepergianku.



* * *



Ba’da shubuh, sebagaimana biasanya aku membaca Al Qur’an. Tapi belum juga habis satu lembar kubaca, mataku sudah terasa berat sekali. Dan satu-satunya obat hanyalah tidur. Ternyata istirahatku tadi malam belum cukup membayar rasa capekku setelah pulang rekreasi dari Qanathir kemarin.

Dasar godaan syetan, membaca Al Qur’an ngantuk. Tapi setelah dibaringkan, bukannya langsung tidur tapi aku malah teringat kejadian di Qanathir. Maksud hatiku berekreasi ini untuk mencari ketenangan diri, tapi ternyata hanya kekesalan yang aku dapatkan. Aku kesal melihat kehidupan remaja-remaja Mesir. Mereka sudah terlalu bebas dalam bergaul antar lawan jenis. Semakin tua peradaban yang mereka miliki, tidak menjadikan mereka lebih menghargai nilai-nilai akan kehormatan seorang manusia. Justru sedikit demi sedikit mereka mulai berkiblat ke Barat, aku terus merenung, sehingga tidak ingat apa-apa lagi.



* * *



Dalam sebuah ruangan, tepatnya ruang tamu, aku beserta kedua orang tuaku duduk berhadapan dengan keluarga teman bapakku ketika dulu sama-sama berjuang di KAPPI. Teman bapakku itu tidak lain adalah calon mertuaku. Kehadiran kami adalah untuk mengkhitbah putrinya. Setelah beberapa saat berbasa-basi dan bernostalgia bapakku membuka pembicaraan kepada calon mertuaku:

“Saudaraku, Akhdiat, pepatah telah mengatakan,sudah dipaku diikat pula, artinya selama ini kita telah dipaku dalam jalan perjuangan yang sama. Agar supaya ukhuwwah diantara kita menjadi lebih kokoh, maka alangkah baiknya kalau kita diikat pula. Dan sebagai tali talinya adalah hubungan besan diantara kita, oleh karena itu aku berniat mengkhitbah putrimu, Nurul Sakinah, untuk mendampingi hidup putraku, bagaimana?”

Suasana menjadi hening, aku lihat Bapak Akhdiat, calon mertuaku itu melirik ke istrinya sambil tersenyum. Aku tak sabar mendengar jawabannya.

“Ibarat bumi menerima air hujan, Alhamdulillah dengan senang hati kami menerima maksud saudara!” Sebuah jawaban yang singkat terluncur dari mulut Bapak Akhdiat. Ada rasa  gembira terjelma dalam sanubariku saat lamaranku diterima.

Setelah itu orang tuaku bersama dengan calon mertuaku membicarakan hari pernikahanku. Sedangkan aku hanya menjadi pendengar yang budiman. Selain kedua calon mertuaku didepanku duduk calon istriku. Wajahnya memancarkan ketenangan sesuai dengan nama yang ia miliki, Nurul Sakinah. Ia seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung yang sekarang sedang menyusun skripsinya. Mataku meliriknya, dan hatiku pun bergetar kala memandang wajahnya. Hidungnya mancung, mata beningnya menyimpan berjuta pesona, alisnya laksana iringan semut, bibirnya yang merah merekah bersih tidak terpoles oleh lipstik, dagunya ibarat lebah bergantung, kulitnya halus laksana sutra, dan kecantikan itu semakin sempurna setelah dibungkus jilbab merah jambu yang dipadukan dengan jubah ungu yang ia kenakan. Dalam hatiku berkata, ”Seandainya calon istriku ini memakai perhiasan dari kristal asli dari Asfour Mesir, pasti kecantikannya akan mengalahkan ratu kecantikan sedunia tahun ini, Larra Dutta yang asli India!”

Lamunanku buyar tatkala orang tuaku bertanya kapan aku kembali ke Mesir, karena aku masih harus menyelesaikan tiga mata kuliah yang tersisa.

Belum juga aku jawab, sekonyong-konyong aku merasa ada tangan yang menggoncangkan tubuhku. Ternyata aku bermimpi, aku mengocek-ngocek mataku. Samar-samar kulihat sepupuku berdiri didepanku dengan membawa koran Al Ahram.

“David, lihat nih berita, pesawat KU 414 yang seharusnya kamu tumpangi kemarin, meledak diperairan Malaysia!” Mujahid memberitahukan.

“Hah, yang benar aja!”

“Benar, lihat ini!”

Aku segera meraih koran itu dan langsung membaca berita yang ditunjukkan sepupuku. Kueja huruf demi huruf, sampai akhirnya berita itu rampung kubaca. Bersamaan dengan itu, aku merasa sangat malu kepada Allah SWT mengingat sikapku dua hari yang lalu, aku seolah-olah tidak meyakini akan taqdir Allah SWT. Ternyata empat tahun belum cukup, menjadi anak panah Azhary yang siap mengarungi samudra ujian.

Juga aku merasa bersalah dan berdosa atas sikapku terhadap sepupuku. Aku langsung memeluknya. Tak terasa butiran air mata mengalir dipipiku.

“Mujahid nasehatmu benar, ma’afin aku yach, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila tiket pesawatku tidak hilang!”.

Ia menjawabku dengan sebuah senyuman, akupun memaksakan diri untuk tersenyum. Dan aku benar-benar tersenyum, ingat akan mimpiku yang terputus. Kemudian ku berbisik dalam hatiku: “Kupinang engkau dalam mimpi!“.

* * *



ANAK GAUL


ANAK GAUL



Aku berhenti didepan rumah megah ala Spanyol, lebih tepat disebut istana dibanding rumah. Kedua kakiku tak mau lagi melangkah  sebelum ada perintah dari otakku. Aku minta fatwa dari hati nuraniku. Aku bimbang  antar terus masuk atau kembali pulang. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sapaan.
            “Eh den David, kok bengong saja, mari masuk!” sapa Pak Bendot membuyarkan percakapan dalam sanubariku. Senyum tulus dari penjaga gerbang pintu ini membuat keputusan yang kuambil melangkah masuk. Sambil menutup pintu gerbang pak Bendot kembali berkata:
“Den David, sudah lama engga kesini, cari den Rudi ya?”
             “Iyya mang, Rudi ada?”
            “Ada, barusan juga teman-temannya datang, sekarang mereka ngumpul di paviliun!”
            “Terima kasih mang!” jawabku dan melangkah menuju paviliun. Ruangan ini adalah base camp gengku. Aku dan teman-temanku setahun yang lalu tepatnya malam tahun baru 2000 saat orang lain hingar-bingar merayakan milenium ketiga, kami juga! Tepat pukul 00.01 dini hari dipaviliun meresmikan nama geng kami yaitu GF3. Bukan gudang filter3 lho! Tapi singkatan dari Geng Family 3. Dan kata sendiri family kepanjangan dari Fungky Anak gaul Milenium 3. Tak terasa aku sudah sampai didepan pintu dalam hati aku berkata:
            “Bismillah, ya Allah kuatkan hati hamba!”  kemudian memencet bel.
   “Teeet …tett …teeett!” suara bel memecahkan keheningan. Aku menunggu. Terdengar ada yang melangkah dan memutar gagang pintu. Lalu membukanya, bersamaan dengan itu aku mengucapkan salam:
            “Assalamu`alaikum …!”
            “Kum salam, wah .. ada perubahan nih, rada-rada nyupi,  masuk!” Rudi tersenyum dan langsung masuk. Disana teman-teman yang lain sudah pada ngumpul.
                “Wah bos, baru kelihatan batang hidungnya, kemana aja sih?” tanya temanku, Tomi. Tapi kami sering memangggilnya si Tompel. Disebelahnya ada simbed, panggilan untuk temanku, Alex. Soalnya ia rada mirip dengan Sinbad, tapi cuma rambutnya saja, ia tidak ketinggalan berkoar:
            “David, lu semedi dimana sih? Setiap gua cari waktu istirahat disekolah, lu kagak ada, temen-temen lu bilang, lagi shalat du…duu.., apaan tuh, duaaan kali yah???”
“Bukan shalat duaan, tapi shalat Dhuha!” aku memotong perkataan Alex. Kemudian ia mulai berkata kembali:
“Beberapa kali gua telpon kerumah lu, lagi-lagi lu nya kagak ada, terus yang ngangkatin telponnya kayaknya orang baru dirumah lu, siapa sih?”
            “Ooo...itu kakak tertuaku baru pulang dari Mesir!” Aku memberitahu Alex.
            “Enak dong, pasti bawa piramida!” Tomi mulai ngebanyol.
“Ho-oh, bawa sungai Nil segala!” jawabku berkelakar. Aku duduk disofa didepan teman-temanku. Dihadapanku, selain Rudi, Alex, dan Tomy, juga ada Karmila, Ririn, dan Dewi. Aku ngambil nafas sebentar, dada ini aku mangfaatkan untuk menenangkan diri. Setelah dadaku agak lapang, aku mulai berbicara:
            “Gimana teman-teman sehat semuanya yah?”
“Emangnya boss udah jadi dokter, pakai acara tanya kesehatan segala!” temanku Tomy, kembali mengeluarkan plutonya, alias platak pletok tololnya.
            Temen-temenku banyak bercerita tentang apa yang mereka lakoni selama aku tingalkan sebulan lebih. Dari mulai menjahili temen-temen dan guru dikelas, tawuran, transaksi obat-obatan terlarang, ngokar cimeng, mejeng dimall, chatting di kafe gaul, bikin bahasa gaul, bintang musik, dan laen-laen, aku hanya menjadi pendengar budiman alias kambing congek, aku berusaha memahami dan mengerti dalam pemikiran mereka. Tibalah giliranku untuk berbicara:
            “Teman-teman aku datang kesini tidak akan banyak cerita seperti kalian, aku hanya ingin minta izin keluar dari genk kita!”
“Haaah, apa gua kagak salah dengar nih??? “ Rudi menanggapi pernyataanku sambil memegang telinganya. Aku diam sejenak, temen-temenku saling berpandangan, dimata mereka, aku menangkap ketidak percayaan dan tanda tanya.
“Yang bener aja nih?” Karmila  ikut berkomentar, dan disambung oleh Dewi yang sejak tadi diam melulu, ia mulai berkomentar: ”Emangnya, ada apaan sih, Vid ?
“Tidak ada apa-apa kok!”
“Ya setidaknya ada alasan atau asal-usul kek, masa tak sebabnya!” Dewi meneruskan pembicaraannya. Aku membisu, suasana menjadi hening, dalam hatiku kembali berperang. Haruskah aku menceritakan sebenarnya dan mendapat tertawaan dari teman-temanku atau no comment aja? Dilubuk hatiku terjadi tawar  menawar, tiba-tiba aku teringat dengan semboyan hidupku, berlayarlah anda disamudra kejujuran, pasti anda akan berlabuh di didermaga kebahagian. Aku harus terbuka kepada mereka, tak ada untungnya aku berdusta apapun yang akan terjadi, itu sebuah resiko yang aku terima.
“Bagaimana teman-teman, tadi sudah aku bilang bahwa kakak tertuaku sudah pulang dari Mesir, kehadirannya memberikan hidayah kepadaku. Dan aku mulai menemukan jati diri dan hakikat hidupku, ternyata selama ini aku melangkah pada jalan yang salah, aku berusaha memperbaiki diri!” aku mengemukakan alasan kepada mereka.
“Oke, alasan lu kita hargai, tapi bukan begitu caranya, itu namanya egois, akan kah kebersamaan yang selama ini kita jalani bubaran begitu saja? Apalagi lu sebagai kepala dan vokalis digroup band kita!” Rudi menyodorkan alasan keberatan kepadaku, guratan mukanya menandakan ia sedang emosi, dan aku paham yang ia rasakan, meskipun kami kumpulan anak-anak badung dan ugal-ugalan, tapi dalam hal kebersamaan, aku acungkan jempol. Dengan tujuh personil kami membentuk group band yang bisa diandalkan. Group band kami di beri nama “ ANAK GAUL BAND” Rudi pegang bass, Tomy pegang melodinya, Alex pada drum-mer, dan Ririn spesial keyboard. Adapun aku bersama karmila sama Dewi pegang microphone alias vokalisnya. Aliran musik kami gado-gado ada rock, jazz, pop, dangdut, dan musik alternatif.
“David, lu tega banget kalau sampai ninggalin geng kita, untuk memperbaiki diri itu memang hak lu, kami kagak melarang!“ Alex ikut menambahkan. Aku semakin terpojok, aku dapat mendengar suara batin mereka, aku serba salah sampai kami bubar belum ada kata  sepakat, mereka tidak mengizinkanku. Aku minta waktu hingga besok untuk mempertimbangkannya.
****
“Begitu ceritanya kak, satu sisi dedek pengen ngejalanin ajaran Islam secara kafah, namun disisi lain dedek tidak mau mengecewakan teman-teman, jadi gimana nih?“ aku meminta pendapat, setelah aku menceritakan kejadian dirumah Rudi kepada ketiga kakaku. Satu persatu-satu kulemparkan pandanganku diwajah mereka. Aku ingin tahu reaksi mereka, ada rasa lega hinggap direlung hatiku, aku sudah curhat kepada mereka, ini kami lakukan setiap malam minggu, kami saling menceritakan pengalaman selama seminggu, kami mendiskusikan dan mencari solusi dari setiap persoalan yang kami hadapi. Acara ini kami sebut “makom Hati” akronim dari “malam komunikasi hati”.
“Kalau  menurut Teteh, dedek harus menjauhi teman-temanmu itu, soalnya kalau tidak, ntar virus penyakit ugal-ugalanmu kambuh. Jadi hubungan kamu harus diamputasi!” Tetehku Setia Maulani, mengeluarkan ilmunya. Ia calon dokter  yang sekarang lagi nyusun skripsi di fakultas kedokteran UNPAD Bandung. Tak berapa lama kemudian teteh keduaku, Nurul Fathanah, Mahasiswi fakultas Teknik Pertanian IPB tingkat dua memberikan saran:
“Teteh sepakat dengan teh Tia, dari pada capai sendiri mendingan tinggalkan aja, kalau dedek masih bersama mereka, itu sama saja membiarkan benih kejelekan tumbuh didalam hati dedek, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, bukankah kita hasil bentukan dari lingkungan kita?”
Pendapat kedua tetehku berusaha kucerna. Setelah aku kunyah dalam otakku, aku mengerti maksud mereka. Namun aku belum puas, sebelum mendengarkan petuah dari kakakku Mujahid Helmi. Ia alumnus universitas  Al-Azhar kairo Mesir jurusan aqidah filsafat.
“Kak Helmi, kok diam saja!” aku merajuk kepadanya.
“Tanpa bermaksud menolak pendapat kedua tetehmu, kakak punya paradigma sedikit berbeda. Sebenarnya teori kedua tetehmu benar bila posisi kita dalam keadaan lemah, akan tetapi sebaliknya bila kita kuat, dalam puisi Muhammad Iqbal disebutkan, orang yang kuat akan membentuk lingkungan, bukan dibentuk oleh lingkungannya, untuk melaksanakan Islam secara kafah, tidak harus memutuskan tali silatur rahmi sesama manusia, apa lagi ia muslim, bukankah pemutus kasih sayang adalah ahli neraka? Justru temanmu menjadi ladang dakwah bagi dedek, pokoknya dedek harus mampu mewarnai mereka!”
Kemudian panjang lebar kak Helmi menjelaskan persoalan berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Uraiannya benar-benar memuaskan otak, menentramkan hati, dan mendamaikan jiwaku. Syaraf-syaraf kusut dikepalaku, perlahan-lahan mulai terurai. Mata air dilembah hatiku kembali memancarkan semangat hidup. Kegersangan jiwaku tersiram oleh derasnya nasehat kak Helmi, kebingunganku hilang entah kemana .
****

Keesokan harinya aku langsung menuju rumah Rudi, hatikecilku mengatakan bahwa teman-temanku sudah pada ngumpul disana, ternyata dugaanku tepat, sesampainya ditengah-tengah mereka, aku mulai berkata:
“Teman-teman! Setelah melalui pertimbangan masak-masak, aku memutuskan untuk tetap bersama kalian!”
“Horeeee…hidup David..!!!" teriakan teman-temanku bersamaan, kompak banget.
“Tapi……..ada syaratnya…!”
“Huu……!” suara koor mereka mengubah pavilium menjadi ramai.
“ Tenang-tenang…….! Syaratnya tidak berat kok, yaitu kita ganti nama geng kita, kalau tidak, aku kembali kepada opsi pertama, aku cuti alias mengundurkan diri!” Lanjutku sedikit ngancam.
Temanku langsung kasak-kusuk. Terjadi lobi-lobi diantara mereka kayak Pansus Bullogate di DPR saja. Akhirnya secara aklamasi mereka sepakat dengan usulan penggantian nama. Tanpa banyak membuang waktu kami langsung menyelenggarakan sidang istimewa. Setelah melalui rapat yang cukup alot dan seru sekali, kami sepakat memunculkan nama baru yaitu AMIS’C 2001, singkatan dari Amanah Islamic Studen’t Crew 2001. Kata Amanah, selain diambil dari sifat Nabi Muhammad Saw, merupakan singkatan dari visi dan misi organisasi baru yakni: Ayo menuai Mardhatillah dengan menabur benih-benih rahmat dan manfa’ah. Sedangkan kata Crew adalah sebuah cita-cita kami ingin menjadi awak kapal masyarakat pelajar dalam pencarian jati diri mereka.
****
“Braaaaaak….!!!”
Aku membuka pintu rumah dengan seragam putih abu-abu, aku masuk ke rumah slonong boy.
“Aduh…..dedek koq nggak ngucapin salam?“  tegur kak Helmi yang sedang membaca al-Qur’an diruang tamu. Spontanitas aku kembali ke luar dan mengucapkan salam.
“ Ma’afin dedek ya kak, dedek sekarang lagi pusing!” aku berusaha menerangkan letak persoalan.
“Adakah yang bisa kakak bantu?” tanya kak Helmi hati-hati. Tanpa menunggu waktu lama aku langsung mengeluarkan uneg-uneg menggunung dihatiku. Kata-kata mengalir bagaikan mata air keluar dari mulutku.
“Kak, gimana dedek tidak kesal, sudah sebulan lebih dedek berusaha mengarahkan teman-teman, tetapi hasilnya seperti nihil, belum ada perubahan yang begitu berarti, bayangin aja kak, beberapa minggu yang lalu, saat digedung DRR/MPR RI ribut-ribut tentang penurun Gusdur, eh temen-temen ikut-ikutan juga memobilisasi siswa-siswi disekolah dedek untuk berdemonstrasi, masih untung demonya bukan untuk nurunin kepsek, tapi mereka meminta agar bel sekolah diganti aja katanya dengan suaranya bel tukang jualan es cream Wall’s. Terus tiap jam sebelum masuk, istirahat, dan jam pulang, speaker inti dikantor, tepatnya diruang TU, boleh diaktifkan untuk memutar lagu-lagu yang dipesan, seperti lagunya Dewa 19, Padi, sheilla on 7, Base jam Westlife, dan ska.Bahkan juga lagunya silucu Sherina, alasan mereka ingin amalin konsep Quantum learning, biar belajarnya lebih relax dan Fresh. Dan lebih heboh lagi,tuntutan agar mengecat kelas sendiri-sendiri. Sekolah mengabulkannya, hanya saja pihak  sekolah tertipu, dikiranya akan dicat warna putih atau  gading. Ternyata warna yang di pilih bermacam-macam ada biru, kuning, dan sebagainya. Guru mau marah terlambat, sebab untuk mengecat ulang perlu dan besar, apa lagi sekolah sedang memperbaiki fasilitas air dan jamban. Akhirnya, ikhlas aja lah ………dan siswa pun senang.
Cuma gara-gara itu semua, dedek kena getahnya, sempat diciduk dan ditanya sama Kepsek juga ketua OSIS, mereka nyangka dedek sebagai dalang dari semua itu, siapa yang kagak gondok !
Dan menyedihkan lagi, kejadian hari ini, ya mungkin karena kebanyakan anggotanya mantan anak-anak gaul, tadi pulang sekolah, dedek ketemu anggota baru, kepergok jalan ama temennya yang teler. Waktu temannya tripping itu dedek tanya, dibilang dapat obat dari si anggota baru. Terus dedek tanya anggota baru itu. “ kamu pengguna ya ?” Eh dengan enteng dan kayak tidak punya salah anak tu menjawab: “ Sumpah kak, saya bukan pengguna, cuman pengedar aja!” Astagfirullah, gimana nggak ngeri kak? Jika ini merambah ke teman yang lain atau berita ini terekspos keluar, muka dedek mau ditaruh dimana, tapi alhamdulillah, tuh anak sudah janji tidak mau ngulangi lagi, lalu apa yang harus dedek perbuat kak?“  tanyaku mengakhiri curhatku itu.
“Benar-benar anak gaul, bagus……..bagus……!”
“Lho Kok, kak Helmi bilang bagus sih?” Aku jadi penasaran. Tak berapa lama kakakku melanjutkan perkataannya:
Ya memang bagus, bukankah teman-teman dedek itu musikus mania, kenapa tidak dedek dakwahin lewat musik, bentuk aja tim nasyid, insya allah ada teman kak Helmi yang siap melatihnya “.
“ Yess………!” aku mengacungkan tangan ala ekstra joss. Jawabannya aku temukan. Aku ucapkan terima kasih kepada kakakku diiringi sun sayang yang mendarat di pipinya, yang di sun cuman geleng-geleng kepala.
****
Alhamdulillah, teman-temanku sudah banyak perubahan, setidaknya dari gaya berpakaian, rambut, bicara dan bergaul sudah mulai sopan. Ini semua gara-gara kami sering manggung di berbagai acara.
Grup Nasyid kami beri judul “ SNAKDUT AMANAH “, namanya aneh khan ? Akan tetapi itu hasil mikir lho! Ada yang nyangka SNAKDUT itu pengertian dari ular kadut, nah lho, kejam banget ding! Katanya Snak berarti ular dan Dut nya dari kata kadut, sedangkan Amanah itu artinya orang yang terpercaya. Berarti ular kadut yang dapat dipercaya. Padahal, SNAKDUT itu kependekan dari “ Senandung Nasyid Komtemporer plus Dangdut” maklum komposisi musik kami belum nasyid beneran. Biasa alasannya, supaya gaul dan musiknya khan rada-rada rame. Ada guitar, dram, keybord, kendang, rebana, kecrek, beros, tam-tam, dan kadang apa saja yang bisa ngeluarin suara nge-pas. Terkadang juga pake piring, panci, kaleng, botol dan beduk. Tuh gila khan anak! Dasar anak gaul! Kataku dalam hati.

****

-Harry Potter and the Deathly Hallows-


-Harry Potter and the Deathly Hallows-

Category           : Books

Genre               : Literature & Fiction

Author               : J. K. Rowling

Pengarang         : J. K. Rowling
Judul asli           : Harry Potter and the Deathly Hallows
Alur waktu         : 1997–1998 dan 2017 pada epilog

Jumlah halaman : 608 (UK), 759 (US) Harry Potter and the Deathly Hallows adalah buku ketujuh dan terakhir dari seri novel Harry Potter oleh J. K. Rowling.

Deathly Hallows diluncurkan secara serentak di seluruh dunia di 93 negara[1], pada tanggal 21 Juli 2007, satu menit setelah tengah malam (00:01), British Summer Time.
Judul buku ini diumumkan pada 21 Desember 2006 melalui situs web Rowling, dan dikonfirmasikan tak lama kemudian oleh penerbitnya.[2] Rowling menyatakan bahwa seri terakhir ini berkaitan erat dengan buku sebelumnya, Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran, yang menurutnya "hampir seperti dua bagian dari satu novel".[3] Rowling meninggalkan sebuah pernyataan yang ditandatangani, tertulis di sebuah patung dada pualam di Hotel Balmoral, Edinburgh, yang menyatakan; "JK Rowling telah selesai menulis Harry Potter and the Deathly Hallows di ruangan ini (652) pada 11 Januari 2007."[4]

Dalam situsnya pada 6 Februari 2007, Rowling menyatakan "Walaupun saya menyukai setiap buku Potter sebelumnya, 'Deathly Hallows' adalah favorit saya, dan ini adalah sebuah cara yang sangat menyenangkan untuk menyelesaikan serial ini."[5] Buku ini mendapat predikat best-seller di Amazon dan Barnes and Noble hanya beberapa jam setelah tanggal peluncurannya diumumkan.[6]

Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita yang penting atau akhir kisahnya.

************************************************************************************************************************

Buku ketujuh diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya. Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut. Keluarga Dursley kemudian pergi menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.


Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry, terbunuh oleh kutukan pembunuh; George Weasley kehilangan sebelah telinganya; Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri. Belakangan, Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu. Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley.


Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry. Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore, ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang palsu. Regulus terbunuh dalam proses itu. Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge.


Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge. Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah palsu, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric's Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric's Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan. Di Godric's Holow, mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka terperangkap, karena "Bagshot" itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini. Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir Harry hancur dalam kejadian itu.


Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.


Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood, Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan benda sihir sebagai hasilnya - tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder Wand—tongkat sihir tetua), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali yang telah mati (Resurrection Stone—batu kebangkitan), dan Jubah Gaib (jubah tembus pandang) yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda sihir Deathly Hallows, untuk mengalahkan Voldemort.


Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor, karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas dibunuh oleh Bellatrix.


Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gingrott's. Di sana mereka menemukan satu lagi Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.


Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian; karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt. Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.


Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasius kereta api King's Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan.